Film Indonesia Wajib Tonton Untuk Perayaan Hari Film Nasional 2020
Selamat Hari Film Nasional 2020! Hari ini, 70 tahun yang lalu, pengambilan gambar film besutan Usmar Ismail, ‘Darah dan Doa’, pertama kali dilakukan. Film ini merupakan film lokal pertama yang diproduksi, dibintangi dan disutradarai oleh para pelaku dari tanah air tercinta. Momen bersejarah ini dinobatkan sebagai Hari Film Nasional. Jakarta Cinema Club mengumpulkan beberapa film Indonesia wajib tonton lewat konten ini. Hampir semua judul di list ini bisa ditonton di streaming platform.
1. Kesempatan Dalam Kesempitan (1985, Arizal)
Ada berapa film komedi sih yang berhasil membuat kamu tertawa dalam 10-20 tahun terakhir? Fenomena yang terjadi malah kebanyakan film non-komedi malah menjadi lebih lucu daripada repertoar lainnya di genre komedi. ‘Kesempatan Dalam Kesempitan’ adalah salah satu artifak komedi lokal yang tidak mati terkubur oergantian jaman. Lawakan yang cerdas dan kadar slapstick yang proporsional membuat menonton Warkop DKI menjadi sebuah terapi yang menyenangkan. Film ini bisa ditonton di Viu.
2. Oom Pasikom (1990, Chaerul Umam)
Gimana sih potret kota Jakarta tahun 1990 dulu? ‘Oom Pasikom’ meramu satir dan slapstick menjadi satu kemasan yang enak untuk dijadikan mesin waktu kembali ke ibu kota 30 tahun yang lalu. Kita melihat beberapa kisah orang-orang kota dari kacamata seorang supir taksi dengan kehidupan pas-pasan dan istrinya yang seperti denial dan mencoba untuk memanjat tangga sosial dengan membentuk persona baru di lingkungannya sendiri. Film ini bisa ditonton di iFlix.
3. Pintu Terlarang (2008, Joko Anwar)
Peninggalan Joko Anwar di penghujung dekade 2000an, ‘Pintu Terlarang’, dulu pernah ditayangkan di bioskop Indonesia dan membuat banyak penonton mengernyitkan dahi, terlihat kebingungan akan apa yang sebenarnya terjadi. Seniman patung yang memiliki masalah internal rumah tangga sampai mengganggu kejiwaannya sendiri. Realita dan fantasi jadi campur aduk di layar yang kita tonton sampai kita sendiri dibiarkan memilih siapa yang baik dan jahat. Film ini bisa ditonton di Netflix.
4. Aach… Aku Jatuh Cinta! (2016, Garin Nugroho)
Jangan tertipu oleh judul, poster dan pilihan tipografinya karena kami juga hampir melewatkan film ini dulu ketika diputar di bioskop tahun 2016. Roman tiga dekade milik legenda Indonesia, Garin Nugroho, ini nggak hanya menawarkan dialog puitis khas sang sutradara tapi juga membawa kita ke keadaan politik bangsa kita secara umum pada masa orang tua ataupun kakak-kakak kita sedang menikmati masa mudanya. Film ini bisa ditonton di Netflix.
5. The Last Barongsai (2017, Ario Rubbik)
Komunitas Cina Benteng di Tangerang memiliki sejarah penting lintas generasi yang mungkin luput dari perhatian kita. ‘The Last Barongsai’ mengulik hubungan yang rumit antara seorang anak dan ayah yang bagi banyak orang mungkin adalah sesuatu yang klise. Yang membuat film ini unik adalah penggunaan Barongsai sebagai jembatan komunikasi yang sempat putus dalam internal keluarga. Film ini juga jadi renungan untuk kita yang kadang lupa akan identitas budaya yang membesarkan kita di masa lalu dan terlalu sibuk menyelam dalam kultur modern.
6. Abracadabra (2019, Faozan Rizal)
Buat yang ingin memanjakan mata dengan visual yang indah dan narasi yang menghibur dari dunia persulapan, ‘Abracadabra’ nggak boleh dilewatkan begitu aja nih. Premis awalnya mengingatkan kita akan satu adegan di film pendek Woody Allen yang berjudul ‘Oedipus Wrecks’ dimana si pesulap membuat obyeknya (seorang ibu) hilang tapi tidak bisa mengembalikannya kembali. Sulap dan rahasia dibaliknya selalu menjadi sosok misterius yang tidak pernah membosankan untuk dinikmati. Film ini bisa ditonton di Hooq.
7. Saiyo Sakato (2020, Gina S. Noer)
Pilihan untuk menjadikan rumah makan Padang sebagai penyeimbang konflik yang berat (poligami) merupakan nilai lebih karena sudah saatnya kita untuk berbangga dengan menonjolkan identitas diri lewat masakan. Seperti layaknya unit usaha makanan tradisional keluarga lainnya (Lapo, Warteg, Kwetiau Sapi, dll), masalah internal pastilah eksis dan memiliki warna ekslusif untuk disorot. Ide cerita ini tidak kalah dengan film negeri lain, sebut saja ‘Eat Drink Man Woman’ milik Ang Lee (1994) atau ‘Tampopo’ karya Juzo Itami (1985). Serial ini bisa ditonton di GoPlay.
Jakarta Cinema Club
Photo by Alifia Harina from Pexels