‘Scent of Green Papaya’: Menikmati Brutalnya Vietnam, Menyiasati Kerasnya Hidup

Bergetar!

Itu adalah kata yang tepat ketika aku menonton hasil karya yang fenomenal dari Tranh Ang Hung berjudul Xich Lo. Hal yang sangat berbeda dari film yang menenangkan seperti di Scent of Green Papaya, Xich Lo adalah tipe film yang akan menghipnotis kamu melalui ceritanya yang indah namun penuh ironi.

Xich Lo bercerita tentang hidup yang keras, perkelahian, kesedihan, loyalitas, dan harapan yang mendaur baur menjadi satu. Tetapi jika kamu mengira film ini hanyalah berkisah tentang seseorang yang kesusahan dalam menjalani hidup, jelas kamu salah besar!

Film ini dibuka dengan seorang tukang becak yang berjalan mengelilingi kepadatan kota Hanoi, dari sana Tranh Ang Hung menggambarkan kehidupan di negara berkembang dengan apa adanya dimana mimpi dan harapan yang sirna mencampur menjadi satu. Para pedagang, polisi, dan preman tercampur dalam satu frame yang sama.

Cerita dimulai ketika sebuah becak dicuri, becak itu adalah satu satunya sumber penghasilan dari seorang pemuda Vietnam berumur 18 tahun. Hingga suatu saat ia dibantu oleh Poet (Tony Leung Kar Wai) seorang pujangga yang mencari jati diri. Bermula dari seorang tukang becak yang polos, pemuda ini menjadi sebuah anggota geng dan menjerumuskan adik perempuannya menjadi seorang pelacur.

Hal yang sangat menakjubkan dari film ini adalah bagaimana Tranh Ang Hung mengeksekusi film ini dengan sangat matang. Sama sekali tidak ada shot yang sia-sia layaknya film-film action Holywood. Seiring film berjalan, sang sutradara mampu menampilkan shot yang mampu memanjakan mata. Dimulai dari suara rumput yang bergoyang, pecahan lampu meja, penggunaan warna-warna seperti api dan air yang melambangkan cinta ataupun kehancuran.

Keras, membuat depresi, tetapi tetap puitis. Seingatku, aku belum pernah menonton film yang seperti ini sebelumnya.Β  Menonton Xich Lo bagiku sama saja dengan menonton kekacauan yang terjadi di negaraku sendiri yang entah kapan akan berakhir.

Nanda