Seinen Anime Dalam 30 Hari

Seinen anime dalam 30 hari? Dunia animasi jepang atau anime tidak hanya diperuntukkan sebagai hiburan anak muda. Banyak dari serial anime terbaik yang pernah dirilis justru diperuntukkan sebagai konsumsi audiens 18 tahun ke atas. Dengan tema yang lebih gelap dan realistis serta style penceritaan yang lebih kompleks, anime dengan subgenre seinen telah menjadi inspirasi dari banyak karya-karya di medium sinema lain, termasuk Hollywood.

Munculnya Seinen sebagai alternatif subgenre di anime, seperti layaknya shounen, dimulai dari medium manga di tahun 1950an. Kemunculan perpustakaan rental yang mulai populer di era tersebut membuat manga-manga seinen menjadi populer di kalangan mahasiswa dan pekerja yang ingin mencari hiburan di sela-sela kesibukan pekerjaan. Setelah perpustakaan rental mulai hilang di era 60an, seperti layaknya shounen dengan Shounen Jump, cerita-cerita manga seinen mulai dipublikasikan di dalam majalah-majalah seperti Monthly Big Comic.

Melejitnya bisnis anime di era 60an seiring dengan perkembangan pesat ekonomi jepang berbuah era keemasan bagi anime-anime seinen. Kemajuan ekonomi membuat industri perfilman Jepang lebih berani untuk bereksperimen dan mencoba mengeksplorasi tema-tema penceritaan yang lebih berani dan berisiko, melahirkan karya-karya dengan pengaruh dan inspirasi yang masih dapat dirasakan hingga sekarang, seperti Akira dan Ghost in the Shell.

Meskipun era keemasan tersebut saat ini telah menjadi memori masa lampau, masih cukup banyak cerita-cerita bertema seinen yang layak untuk diikuti. Dari cerita mengenai seorang samurai tak bernama hingga kisah kehidupan rakyat Jepang saat Perang Dunia II, artikel ini memuat 30 film seinen paling layak ditonton menurut kurasi Jakarta Cinema Club. Catat tanggalnya dari sekarang: 25 November 2023 akan ada program Secret Movie Saturday dimana kita akan menonton bareng salah satu judul Seinen yang masih rahasia.

30 Film Seinen Terbaik
Ghost in the Shell yang disutradarai Mamoru Oshii menjadi salah satu film seinen paling ikonik setelah rilis di tahun 1995 (Gambar: Production I.G.)

Seinen dalam 30 hari:

Vampire Hunter D (Toyoo Ashida, 1985)

The Garden of Words (Makoto Shinkai, 2013)

Patema Inverted (Yasuhiro Yoshiura, 2013)

Nasu: Summer in Andalusia (Kitarou Kousaka, 2003)

5 Centimeters per Second (Makoto Shinkai, 2007)

Colorful (Keiichi Hara, 2010)

The Animatrix (Koji Morimoto, Peter Chung, Mahiro Maeda, Shinichiro Watanabe, Takeshi Koike, Yoshiaki Kawajiri, Andre R. Jones, 2003)

Pom Poko (Isao Takahata, 1994)

Royal Space Force – The Wings of Honneamise (Hiroyuki Yamaga, 1987)

Ninja Scroll (Yoshiaki Kawajiri, 1993)

Sword of The Stranger (Masahiro Ando, 2007)

Hotarubi no Mori e (Takahiro Omori, 2011)

Barefoot Gen (Mori Masaki, 1983)

Memories (Koji Morimoto, Katsuhiro Otomo, Tensai Okamura 1995)

Vampire Hunter D: Bloodlust (Yoshiaki Kawajiri, 2000)

Redline (Takeshi Koike, 2009)

In This Corner of the World (Sunao Katabuchi, 2016)

Cowboy Bebop: The Movie (Shinichiro Watanabe, 2001)

The Wind Rises (Hayao Miyazaki, 2013)

Ghost in the Shell (Mamoru Oshii, 1995)

Angel’s Egg (Mamoru Oshii, 1985)

Mind Game (Masaaki Yuasa, 2004)

Night is Short, Walk on Girl (Masaaki Yuasa, 2017)

Tokyo Godfathers (Satoshi Kon, 2003)

Millenium Actress (Satoshi Kon, 2001)

Evangelion 3.0 + 1.0 Thrice Upon a Time (Hideaki Anno, 2021)

Akira (Katsuhiro Otomo, 1988)

Perfect Blue (Satoshi Kon, 1997)

Neon Genesis Evangelion: The End of Evangelion (Hideaki Anno, 1997)

Bagaimana pendapat anda terkait kurasi kami? Film seinen mana yang menjadi favoritmu? Nantikan juga sebuah campaign special dari Jakarta Cinema Club untuk bulan November yang tentunya berkaitan dengan film-film diatas di akun instagram kami, yaitu @jakartacinemaclub dan @thepage.podcast.

Baca juga: The Adult Club: Drive My Car, Murakami