Planet Of The Humans: Fantasi Energi Terbarukan

“What we have been calling green, renewable energy and industrial civilization are one and the same thing – desperate measures not to save the planet but to save our way of life” -Jeff Gibbs

Selama lebih satu abad lamanya, manusia menggantungkan hidupnya dengan energi yang berasal dari fosil. Seiring berjalannya waktu dan bertambah canggihnya pengetahuan juga teknologi, para ilmuwan juga melakukan riset tentang energi alternatif terbarukan yang dapat dipakai manusia di masa sekarang sampai menggantikan peran bahan bakar fosil sepenuhnya di masa depan. Material penghasil energi ini merupakan sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami.

Planet Of The Humans Jakarta Cinema Club
Distribusi Produksi Listrik Dengan Pengembangan Energi Terbarukan 2018 (Sumber: Vox)

Apa saja yang masuk dalam kategori energi terbarukan (renewables)? Tenaga surya, Angin, Biomass, Arus Air dan Panas Bumi merupakan sumber energi utama yang diperkirakan akan mendominasi kekuatan penggerak peradaban di masa yang akan datang. Pengembangan energi ini dipercaya lebih bersih dan ramah lingkungan dibandingkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi. Uniknya, celah transisi ini banyak dipakai oleh banyak pihak sebagai ajang merebut hati publik walaupun dengan kenyataan yang tak sesuai dengan yang ada di lapangan.

Dalam satu dekade terakhir, para tokoh utama pengembangan masa depan (futurist) seperti Bill McKibben beserta tokoh publik lainnya seperti Elon Musk Arnold Schwarzenegger dan Al Gore hingga salah satu merek teknologi terdepan termasuk Apple, telah berulang kali mempromosikan bahwa energi terbarukan seperti panel surya dan ladang angin memiliki dampak polusi yang sangat sedikit dibandingkan bahan bakar fosil. Seberapa valid sebenarnya pernyataan ini jika disandingkan dengan observasi dan hasil data di lapangan pengembangan?

Planet Of The Humans Jakarta Cinema Club
Skala waktu Geologi versi sederhana berikut fauna yang mendominasi perubahan iklim dan lingkungan (Sumber: The Economist)

Menyambut Hari Bumi 2020 ini, kita diberi kesempatan untuk mengakses film dokumenter yang membahas penelitian di balik industri pengembangan energi terbarukan. Film yang berjudul Planet of The Humans ini disutradari oleh Jeff Gibbs dan diproduseri oleh nama yang tentunya tidak asing lagi di telinga para kritikus: Michael Moore. Judul film ini mengingatkan kita kalau saat ini kita memang ada di umur Geologi Anthropocene di mana kegiatan manusia mendominasi perubahan dalam iklim dan lingkungan. Dalam penelitiannya, Gibbs menemukan beberapa fakta menarik yang menjadi kontradiksi pernyataan nama-nama besar yang sebelumnya sangat aktif menyuarakan energi yang ramah lingkungan.

Salah satu kejanggalan dari informasi publik yang dikeluarkan oleh nama besar yang kita ketahui selama ini adalah ketika film ini menunjukkan area hutan, sebagai area hijau yang menjadi jantung ekosistem, yang ditebang untuk membangun pertanian surya Apple. Selain itu, Gibbs juga membantah iklan yang dengan yakinnya menyerukan bahwa konser Hari Bumi 2015 sepenuhnya digerakkan oleh tenaga surya.

Lewat film ini, kita dapat melihat langsung bagaimana konser ini ternyata dijalankan oleh sistem pembangkit diesel. Banyak sekali fakta baru yang terkuak lewat Planet of The Humans terkait dilema energi terbarukan vs energi fosil dan bagaimana konflik ini dimanfaatkan oleh beberapa nama terkenal untuk membangun simpati publik sampai keuntungan secara bisnis.

Planet Of The Humans Jakarta Cinema Club
Jeff Gibbs meneliti hubungan antara energi fosil, perubahan iklim, polusi dan kaitannya dengan komersialisasi energi terbarukan dalam Planet of The Humans (Foto: Rumble Media)

Pemikiran ‘shifting to green energy’ tidak bisa dipungkiri adalah slogan yang sangat menjual untuk investasi masa depan. David Blood dari Goldman Sachs menyatakan bahwa setidaknya kita butuh 40-50 Trillion US Dollar (setara dengan 616 sampai 770 Kuadriliun Rupiah dengan kurs sekarang) untuk terus mengembangkan energi terbarukan. Model finansial ini didukung oleh Bill McKibben, pendiri 350.org, selaku aktifis aktif energi terbarukan yang juga banyak menerima kucuran dana investasi.

Lewat beberapa wawancara yang dilakukan Gibbs, keganjilan demi keganjilan muncul karena nama-nama penting tadi bahkan tidak bisa menjawab ketika mereka ditanya tentang dukungan mereka terhadap pembakaran hutan demi biomass. Siapa lagi yang mengelola dana investasinya? Muncullah nama yang sebenarnya tidak ingin kita dengar dalam proyek ini: Al Gore. Gore merupakan rekan bisnis David Blood dalam pengelolaan investasi ini dan mendapat sambutan hangat dari dunia terutama setelah film An Inconvenient Truth-nya memenangkan Oscar tahun 2017. Riset Gibbs, yang disertakan bersama beberapa bukti aliran penyandang dana, berujung di fakta di mana pemain di belakang green energy movement ini hanyalah pemain lama di energi konvensional.

Planet Of The Humans Jakarta Cinema Club
Konsumsi Energi Primer Dunia Berdasarkan Sumbernya (dalam satuan terrawatt-hours, TWh), Data: Vaclav Smil (2017). Energy Transitions: Global and National Perspectives. & BP Statistical Review of World Energy

Dunia sedang mengalami gejolak yang luar biasa saat ini ketika pandemi COVID-19 memberikan pengaruh signifikan terhadap pola konsumsi manusia. Jatuhnya harga minyak minggu ini menjadi momen penting dalam sejarah peradaban. Fluktuasi komoditas terpenting selama satu abad terakhir ini memberikan dampak ekonomi yang sangat besar untuk makroekonomi dalam waktu dekat dan panjang.

Apakah fenomena ini menjadi batu loncatan bagi pengusaha energi terbarukan atau akan merubah pola pikir masyarakat akan energi? Mungkin pertanyaan yang lebih tepat adalah: Seberapa signifikankah energi terbarukan saat ini dapat menopang ekonomi suatu negara? Karena tidak dapat dipungkiri, bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki komoditas alam yang besar pula. Sedikit satir namun layak untuk dibahas.

Ketika menghadapi perubahan yang masif, selalu ada konsekuensi. Untuk beralih ke energi terbarukan, pasti juga ada harga yang perlu dibayar. Topik energi fosil dan terbarukan selalu mendapat tempat spesial di hati saya. Film ini membuka mata kita bahwa utopia 100% energi terbarukan itu bisa saja hanya merupakan ilusi. Penghancuran yang dilakukan guna mempersiapkan produksi energy baru tidak sebanding dengan output yang dihasilkan.

Saya sendiri saat ini masih cenderung percaya jika kita masih bergantung pada energi fosil. Menggantikan energi tersebut sepenuhnya dengan mengorbankan materi lainnya dengan kadar yang lebih masif masih sangat amat jauh untuk tercapai. Saya rasa dengan berpikir realistis seperti itu bukan berarti saya tidak mendukung energi yang ramah lingkungan. Semoga kita semua dapat berkontribusi dalam sains & pemikiran, tetap kritis dan memberikan solusi untuk permasalahan energi di masa depan bukan dengan gimmick pemasaran ‘Save the Earth’ saja. Amin.

Artikel ini akan dilanjutkan dengan diskusi yang lebih detil di masa yang akan datang.


Jon Stewart (Pembawa acara Comedy Central  “The Daily Show,”: “You couldn’t find, for your business, a more sustainable choice?”

Al Gore: “What is not sustainable about it?”

Jon Stewart: “Because it is backed by fossil fuel money?”


Film Dokumenter Planet of the Humans (2019, 1 Jam 40 Menit), karya Jeff Gibbs dan produser Michael Moore dapat ditonton lewat kanal di bawah ini:


Christian Putra, Jakarta Cinema Club

Baca juga: Edmund Yeo We the Dead: Rohingya dan Fantasi Pasca Kehidupan