Refleksi Keluarga Peranakan Tionghoa Dalam A City of Sadness

Di sesi The Page Podcast kali ini, Yusgunawan, Chris, dan Faiz membahas sebuah film dengan aspek personal yang cukup mendalam untuk keluarga peranakan Tionghoa yang merasa tidak diterima di negara mereka sendiri. Selaku bagian dari keluarga tersebut, Yusgunawan dan Chris menceritakan refleksi keluarga peranakan Tionghoa tersebut dari perspektif mereka masing-masing.

Perang sipil Cina yang berakhir di tahun 1949 mungkin adalah salah satu konflik terbesar dan berpengaruh dari sisi geopolitik dunia. Berubahnya pemahaman politik pemerintahan dengan populasi terbesar di dunia tidak hanya berimbas pada kehidupan rakyat-rakyat di negera Cina, namun juga hidup rakyat Taiwan yang menjadi tempat pelarian Pemerintahan Nasionalis Cina (KMT) yang kalah dalam perang. Berakhirnya kedudukan Jepang di Taiwan ternyata hanya berbuah munculnya penjajah baru.

Bercerita mengenai sebuah keluarga bernama Lin di sebuah kota pinggiran di dekat Taipei, naratif A City of Sadness terfokus kepada anak-anak di keluarga tersebut. Lin-Wen-Hsiung, anak tertua, sedang menunggu kelahiran anak pertama. Anak kedua, yang tidak dinamakan dalam cerita, menghilang di Filipina saat perang. Anak ketiga, Wen-Liang merupakan seorang penerjemah, dan anak terakhir, Lin-Wen-Ching, merupakan seorang dokter dan fotografer tunanetra. Cobaan yang dihadapi keluarga ini dengan datangnya KMT menjadi inti cerita A City of Sadness.

Tony Leung dan Xin Shufen di A City of Sadness
Tony Leung Chi-Wai dan Xin Shufen di A City of Sadness (Sumber: Life and Nothing More)

Sebagai bagian dari keluarga peranakan Tionghoa, Yusgunawan dan Chris bercerita mengenai pengalaman mereka sebagai bagian keluarga Tionghoa-Indonesia, seperti layaknya keluarga Lin yang harus menghadapi hadirnya penjajahan baru dari KMT yang mengubah tatanan hidup mereka. Faiz juga memiliki refleksi tersendiri dengan suatu karakter di A City of Sadness.

Penasaran dengan diskusinya? Mari mengobrol bersama dalam episode The Page Podcast kali ini. Dengarkan secara eksklusif di Spotify.


Tentang The Page: Podcast Eksklusif Dari Jakarta Cinema Club
Setelah sukses menggelar serial kegiatan offline dan online, termasuk diantaranya adalah pemutaran dan diskusi, Jakarta Cinema Club sekarang hadir dalam bentuk The Page Podcast. The Page mengambil topik seputar absurditas kehidupan sehari-hari lewat film dan literatur. Semua episode The Page dapat didengarkan secara eksklusif di Spotify.

Baca juga artikel lainnya: A Brighter Summer Day : Apakah Semanis Judulnya?