One Day: Cinta Sejati yang Pernah Kamu Temui
Dalam artikel ini, Ed berbagi refleksi setelah menonton sebuah film roman berjudul One Day. Banyak orang berkata bahwa cinta sejati akan kita temui suatu hari di masa depan. Bagaimana jika ternyata hari itu sudah pernah kita lewati di masa lalu?
One Day mengajak kita merenung sejenak akan konsep ‘cinta sejati’. Jadilah seorang teman baginya, kemudian menjadi sahabat yang selalu ada ketika diperlukan. Seiring berjalannya waktu saat kesempatan datang, jadikan kedekatan tadi sebagai jembatan untuk menjadi seorang kekasih yang dapat mendengarkan keluh-kesah hidupnya. Lalu siapkan dirimu untuk naik ke tahap selanjutnya yaitu menjadi seorang suami, sekaligus sosok Ayah dari anak yang dia lahirkan, jadilah jiwa serta raga yang dapat membebaskan belenggu kesepian bagi dirinya.
Kalimat awal di atas adalah peran yang seharusnya dilakukan oleh Dexter (Jim Sturgess), tokoh utama dalam One Day kepada sang love interest yang nanti akan kita bahas secara lanjut. Tetapi sayangnya Dexter adalah pria yang kurang peka, ditambah lagi dirinya yang bertabur pesona hingga membuat ada pikiran bahwa setiap hari adalah sebuah petualangan dan setiap wanita yang dia tiduri adalah piala dari petualangan tersebut.
Pemikiran tersebut membuat peran pada kalimat awal di atas tidak dapat Dexter jalankan dengan lancar. Namun sepanjang apapun jalan hidup Dexter, ada satu ‘monumen’ yang selalu menghiasi perjalanan hidupnya. Saking indahnya ‘monumen’ tersebut, langkah kaki Dexter akan berhenti sejenak di satu titik sambil lalu menikmati pemandangan yang dimilikinya. Hal ini terjadi karena memang seharusnya tidak ada satu orangpun yang bisa menghindari sosok indah ini.
Dialah Emma Morley (Anne Hathaway), sang love interest yang pastinya akan menjadi karakter kesayangan kita semua ketika sudah menonton film ini. Emma adalah wanita sederhana tetapi atmosfer yang mengisi jiwa serta memiliki kepribadian nan hangat. Persona ini membuat setiap orang yang mengenal Emma akan selalu ingin berjalan beriringan dengan dirinya.
15 Juli menjadi punya makna khusus bagi Dexter dan Emma dan memegang peranan penting dalam kisah One Day
Ini juga yang menjadi alasan kenapa Dexter memandang Emma dengan cara yang berbeda. Semua berawal dari pertemuan pertama kali dirinya (setidaknya bagi Dexter karena Emma ternyata sudah bertemu Dexter beberapa kali) dengan Emma. Momen tersebut adalah hari kelulusan mereka dari Universitas Edinburgh tanggal 15 Juli tahun 1988. Di saat penuh bahagia inilah Dexter dan Emma saling menatap dan berbicara. Intimasi semakin rekat menjelang malam hari karena sudah tidak ada lagi teman untuk merayakan hari indah tersebut. Emma dan Dexter sepakat untuk menghabiskan malam bersama. Rencana tersebut tidak jauh-jauh dari kisah cinta semalam namun justru berakhir tidak sesuai yang direncanakan. Mereka malah saling berpelukan hingga terlelap dalam dekapan satu sama lain.
Mulai saat itu, tanggal 15 Juli menjadi punya makna khusus bagi mereka berdua. Hari berganti menjadi bulan dan bulan menjadi tahun sampai Kota London dan Paris memisahkan Dexter dan Emma. Keduanya mempunyai kesibukan masing-masing dan tentu masalah kehidupan masing-masing.
Emma mengalami tahun yang berat karena ternyata London tidak sesuai yang dia inginkan sedangkan Dexter di lain tempat justru sedang sangat menikmati kehidupan bebasnya. Setiap Emma sedang galau maka jaringan telepon selalu menuju ke Dexter. Mereka tetap menjalin persahabatan yang erat.
Dexter semakin hari menjadi semakin terkenal karena dia sekarang bekerja sebagai presenter TV di sebuah acara hiburan tengah malam. Sayangnya kemerosotan moral kini menimpa Dexter. Dia menjadi tergerus oleh ekstasi gaya hidup dan semakin tidak terhitung banyaknya wanita yang menjadi mainannya. Hal ini membuatnya buta akan arti hidup dan tak peduli akan cinta kasih. Masalah komunikasi terhadap keluarga terutama kepada Ibundanya semakin memperkeruh masa depan Dexter.
Setelah waktu cukup lama berlalu kini dewi fortuna mulai berpihak kepada Emma karena sedikit demi sedikit karir yang cerah mulai memasuki kehidupannya. Seperti cinta sesaat yang tidak ada habisnya datang kepada Dexter maka Emma juga punya kekasih yang datang tidak terduga. Karena kegigihan juga ketulusannya kepada Emma, maka hati Emma yang tertutup kini bisa sedikit terbuka pada sosok periang yang bernama Ian (Rafe Spall).
Kisah roman One Day semakin menjadi perburuan menuju kepastian terhadap masa depan kedua tokoh utama dalam film ini. Karir Dexter sebagai presenter TV meredup. Justru di titik terendah inilah dia merasa sudah menemukan cinta sejatinya dan memutuskan untuk menikahi satu dari sekian banyak pacarnya.
Mengetahui perihal ini tentu saja Emma sangat sedih karena pria yang sejak awal berhasil merebut hatinya kini akan dimiliki oleh orang lain untuk seumur hidup. Ian kekasih Emma juga menyadari bahwa cinta Emma memang hanya untuk Dexter seorang karena selama ini Emma terlihat hanya merasa kasihan pada dirinya. Sadar akan cintanya yang bertepuk sebelah tangan, Ian memilih mengakhiri hubungan bersama Emma.
Emma sudah berani melakukan langkah tepat: jujur pada dirinya sendiri dan memilih untuk mengikuti kata hatinya dengan mengakhiri kisah cinta dengan pria yang tidak benar-benar dia cintai. Lantas apakah Dexter punya keberanian yang sama dan bisa berhenti berbohong pada dirinya sendiri bahwa selama ini hatinya juga memilih Emma?
Sepanjang film berlangsung tentu para penonton menanti maksud dari judul film ini, One Day. Kapankah “Suatu Hari” itu terjadi? “Suatu Hari” yang pada akhirnya Dexter dan Emma bisa bersatu, dan saling menggapai mimpi-mimpinya?
Padahal semua penantian tersebut adalah penantian yang keliru karena “Suatu hari” yang ditunggu-tunggu itu ternyata sudah terjadi, ya “that One Day” sudah terjadi pada awal film dimulai. Suatu Hari sehabis hujan pada saat hari kelulusan mahasiswa Universitas Edinburgh 15 Juli 1988. Hari di mana kedua anak manusia dengan nasibnya masing-masing memang ditakdirkan untuk saling mengenal satu sama lain dan menyatukan hati mereka.
Waktu yang berjalan sampai 20 tahun perjalanan kisah roman ini hanyalah waktu ekstra yang diberikan Tuhan untuk mereka agar saling mempercayai bahwa mereka sesungguhnya sudah menemukan belahan jiwa masing-masing. Inilah kenapa One Day bisa menjadi film yang penuh akan pelajaran hidup. Kadang banyak dari kita menantikan datangnya “suatu hari” penuh keajaiban di mana kita bisa menemukan cinta sejati kita, juga menemukan cinta murni yang ada di masa depan.
Padahal mungkin hanya kita saja yang tidak sadar bahwa sosok tersebut selama ini ada di depan mata kita, ada di dekat kita. Dan banyak dari kita yang salah kaprah akan cinta sejati di masa depan, karena yang disebut cinta sejati adalah cinta yang mungkin ada di hari ini. Jika kamu merasakan jatuh cinta saat ini, maka itu adalah cinta sejati yang kamu miliki. Maka fokuslah kepadanya jangan malah berharap ada cinta yang lebih indah menanti jauh di sana.
Percayalah saja bahwa cinta yang disatukan Tuhan tidak bisa dipisahkan manusia, jarak, waktu maupun Usia. Kita hanya perlu sebuah usaha, komunikasi, pengertian serta sebuah doa yang tulus untuk bisa memenangkannya. Karena banyaknya pelajaran hidup yang bisa dipetik dari film ini, sudah sepantasnya saya mengatakan bahwa One Day adalah salah satu film paling bijaksana yang pernah dibuat oleh seorang sutradara kepada dunia. Tidak lupa saya ingin memuji keindahan musik latar berjudul We Had Today karya Rachel Portman yang punya aftertaste di kepala saya sampai saat ini. Jika film lain menghidangkan happy ending atau sad Ending maka One Day menghadiahkan kita sebuah kisah epik dengan happy opening with perfect Ending.
One Day merupakan film adaptasi dari novel karya David Nicholls yang disutradarai oleh Lone Scherfig. Film ini rilis tahun 2011 dan dapat kamu akses lewat fitur beli atau sewa di platform iTunes.