Story of Kale: Tergenapinya Lagu Sabda Alam

Dalam artikel ini, Ed berbagi refleksi setelah menonton sebuah film roman produksi Visinema berjudul Story of Kale: When Someone’s In Love. Hubungan yang toxic menjadi materi utama film ini yang juga dapat menjadi bahan pemikiran dan diskusi bagi teman-teman semua.

Sebagai spin-off dari film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, film Story of Kale masih disutradarai sutradara yang sama, yaitu Angga Dwimas Sasongko. Sang tokoh utama juga masih diperankan oleh Ardhito Pramono.

Story of Kale Jakarta Cinema Club
Ardhito Pramono dan Aurélie Moeremans berperan sebagai Kale dan Dinda (foto: Visinema)

Sama seperti novelnya, yang mana Marchella FP membuat NKCTHI karena terinspirasi dari banyaknya pengalaman pribadi orang-orang, maka Story of Kale juga dibuat berdasarkan inspirasi nyata bahwa karena ternyata banyak sekali pasangan yang sedang mengalami dan menjalani apa yang disebut dengan toxic relationship. Setelah terlibat asmara dengan Awan di kisah NKCTHI, maka sekarang dia berusaha mencuri spotlight utama di depan penonton. 

Sosok Kale yang sebelumnya hanya hadir sebagai topping pelengkap dalam kisah ini menjadi tokoh utama. Misteri Kale perlahan terjawab sudah: kenapa dia menolak untuk membahagiakan Awan meski hubungan mereka berdua sudah seperti sepasang kekasih.

Tirai film terbuka dengan menampilkan kedua insan yang sedang berada di satu ruang utama sebuah rumah yang penuh dengan aset menghipnotis mata. Kale sedang memainkan alat instrumennya berupa piano. Dia tidaklah sendirian di dalam ruangan tersebut karena ada sosok wanita yang menemaninya. Wanita itu berada persis di belakang Kale. Tiba-tiba dialog pertama muncul keluar dari mulut wanita tersebut: “aku mau kita putus”.

Sesaat setelah mendengar kata itu Kale lalu menghentikan permainan pianonya. Perlahan tapi pasti adegan hening dari kedua karakter tadi mulai mengantarkan kita ke awal kisah cinta kedua pasangan itu.  Kita yang asing dengan sosok wanita tadi kemudian menjadi tahu siapa dia sebenarnya karena film berusaha langsung to the point pada konflik pertama. Kita pun segera tahu bahwa wanita itu bernama Dinda (Aurélie Moeremans), yang punya masa lalu teramat pahit karena dalam adegan flashback Dinda saat ia sedang terjebak pada situasi sulit, ternyata Dinda memiliki pasangan seorang laki-laki kasar dan sangat emosional bernama Argo (Arya Saloka).

Setelah melewati beberapa adegan kata-kata kasar, aksi main tangan, dan pertengkaran nan rumit yang terjadi antara Argo dan Dinda. tibalah Kale datang dan berusaha untuk menghibur Dinda yang sudah hancur hatinya. Kale sendiri juga terkena dampak dari pertengkaran kedua pasangan tadi yang mengakibatkan rusaknya kacamata miliknya. Disaat tenang sehabis badai tersebutlah Kale mempromosikan dirinya bahwa dia pantas untuk menjadi kekasih Dinda.

“Kamu itu pantas mendapatkan pria yang lembut dan mencintai kamu sepenuh hati”, kata Kale kepada Dinda. Dinda lalu bertanya pada Kale, “Memangnya ada pria yang seperti itu untuk aku?.” “Ya” adalah jawab Kale. “Itu loh cowok yang tadi ngelindungin kamu yang sekarang kacamatanya pecah”, jawab Kale sambil tersenyum.

Kata-kata gombal Kale tadi akan menjadi pintu kisah cinta dua anak manusia yang penuh akan mimpi, harapan, doa, juga ambisi untuk mencapai bahagia.

Ini bukan pertama kalinya film Indonesia hadir dengan cerita yang berfokus pada hubungan yang toxic karena sebelumnya Indonesia punya film Posesif karya Edwin. Namun yang membuat Story of Kale berbeda adalah skalanya yang mikro dan benar-benar berpusat pada Kale dan Dinda, sedangkan film Posesif lebih bersifat makro sehingga lebih banyak juga karakter toxic yang tampil di dalamnya.

Story of Kale Jakarta Cinema Club
Potret hubungan asmara yang toxic dalam Story of Kale (foto: Visinema)

Cinta yang tadinya memberi kebebasan kini mulai berubah menjadi cinta yang mengekang. Kale perlahan menjadi polisi cinta. Kemanapun Dinda pergi dia harus memberi laporan. Kale juga tidak disangka-sangka berubah menjadi sosok manipulatif yang selalu menjual cerita sedih masa lalunya kepada Dinda.

Alih-alih menjadi ksatria berkuda putih bagi Dinda, Kale malah mendekati sosok Nobita yang labil, sementara Dinda adalah Doraemon yang memiliki kantong ajaib bagi seorang Kale. Serupa Nobita yang sangat membutuhkan Doraemon karena hanya dengan alat ajaib miliknya lah Nobita bisa berbahagia dan bisa mendapatkan apa yang dia mau, seperti itulah Kale begitu bergantung kepada Dinda perihal kebahagiaan.

Dari sini kita bisa belajar banyak hal bagaimana untuk tidak berubah menjadi seseorang yang toxic, cemburuan, memaksakan kehendak, egois,dan malas berintropeksi diri. Kita juga bisa tersadar bahwa begitu pentingnya berkomunikasi dengan hati yang terbuka, tujuannya agar kita bisa membahas tentang visi juga misi dalam suatu hubungan.

Film ini penuh akan dialog yang teramat bagus. Sehingga kita akan sering menemukan kata-kata memorable yang sangat tepat untuk sebagai quotes pada akun sosial media. Adegan-adegan sederhana namun indah sangat sering bisa kita temui sehingga dapat membuat kita tersenyum sekaligus tersipu-sipu.

Wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar madu. Namun..

Tapi keindahan tadi lambat laun berevolusi menjadi adegan pertengkaran Kale dan Dinda yang terjadi di dalam rumah. Adegan demi adegan mempertontonkan usaha Dinda yang ingin merebut kunci pintu agar bisa cepat-cepat terbebas dari jarak pandang Kale. Uniknya, Kale bersikeras agar Dinda tidak meninggalkannya tanpa sebuah penjelasan yang tepat kenapa dia ingin mengakhiri hubungan percintaan mereka berdua. Kini rumah sudah menjadi museum yang abadi, museum yang mengabadikan momen indah juga pertengkaran sepasang kekasih untuk menuju pendewasaan.  

Dinda adalah wanita tegar yang ingin merdeka dari rantai cinta yang sepihak. Kale adalah pria lugu yang salah mengerti apa itu cinta sesungguhnya, lalu kita adalah penonton yang mendapat kesempatan untuk bisa berubah menjadi pribadi lebih baik dalam menjalani sebuah hubungan dengan film ini sebagai media tegurannya.

Dengan adanya kisah Kale dan Dinda maka tergenapi lah sudah lirik lagu Sabda Alam karya Ismail Marzuki yang bunyinya seperti ini:

Wanita dijajah pria sejak dulu 

Dijadikan perhiasan sangkar madu,

Namun ada kala pria tak berdaya 

Tekuk lutut disudut kerling wanita.


Edvan Apriliawan, Jakarta Cinema Club

Baca juga: One Day: Cinta Sejati yang Pernah Kamu Temui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *