Film Minggu Ini: Tentang Moral dan Koreagate
Terkadang memilih film dapat memakan waktu yang lama bahkan sampai keinginan untuk menonton pun dapat pula menghilang. Baik menonton untuk pertama kalinya maupun menonton ulang, membahasnya kembali bersama teman atau keluarga pastinya tidak kalah menyegarkan.
Semoga artikel Film Minggu Ini dapat membantu mempersingkat proses tersebut. Selamat berakhir pekan!
Christian: La Collectionneuse (Eric Rohmer, 1967)
Dengan set musim panas di bagian selatan Prancis, sebuah vila liburan dekat Saint-Tropez kedatangan Adrien (diperankan oleh Patrick Bauchau), sang narator yang kadang-kadang bekerja sebagai pedagang barang antik. Pria ini dengan bangga juga mengatakan bahwa hidupnya sendiri sebenarnya adalah sebuah pekerjaannya. Ia tinggal di vila ini bersama dua orang lainnya: Daniel (Daniel Pommereulle), seorang pelukis ironisnya tidak pernah sekalipun kita lihat sedang melukis dan Haydée (Haydée Politoff), seorang wanita muda misterius tanpa latar belakang yang jelas. Keseharian Haydée adalah tidur di siang hari dan mengundang teman-teman prianya untuk berhubungan seks semalam suntuk. Rutinitas ini akhirnya membuat dari kedua pria lainnya panas dan menyebut Haydée sebagai seorang kolektor pria. Apakah lantas mereka patut untuk cemburu melihat tubuh pria asing lain sibuk menggerayangi Haydée tiap hari? Pertanyaan tentang moral dan etika ini menjadi inti dari semuanya. Di satu sisi, Adrien sendiri sebenarnya telah bertunangan dan tujuan ia tinggal di vila tersebut adalah pekerjaan. Gaya hidup bohemian para karakter (yang pastinya akan membuat kamu iri) dan keindahan daerah pinggiran Prancis sebagai latar juga menjadi daya tarik tersendiri dalam film pertama Rohmer yang menggunakan warna ini.
La Collectionneuse secara kronologi sebenarnya merupakan film ketiga yang dibuat Rohmer dalam proyek Six Moral Tales. Tema 6 film ini selalu berpusat pada seorang pria yang cinta dengan satu wanita dan untuk sesaat tertarik pada wanita lain. La Collectionneuse dibuat pada tahun 1967, sebelum My Night at Maud’s (yang seharusnya diproduksi sebelum La Collectionneuse tetapi ditunda karena Jean-Louis Trintignant sedang berhalangan) dan Claire’s Knee.
Film Minggu Ini pilihan Christian dapat kamu tonton lewat akses Criterion Channel.
Ed: One Wild Moment (Jean-François Richet, 2015)
Liburan bisa sangat menyenangkan bila sesuai dengan yang direncanakan. Tetapi jika dalam sebuah liburan terjadi cinta terlarang maka itu sudah tidak bisa disebut sebagai liburan lagi. Kondisi ini lebih cocok disebut ujian moral. One Wild Moment sendiri menceritakan bagaimana liburan bisa menjadi sebuah ujian dalam hidup yang menguji persahabatan, hasrat, nafsu, dan cinta.
Berkisah tentang dua orang sahabat yang memutuskan untuk berlibur bersama putrinya masing-masing. Dua sahabat tersebut bernama Laurent (Vincent Cassel) dan Antoine (Francois Cluzet). Laurent adalah seorang suami yang telah bercerai sedangkan Antoine sedang dalam masa-masa kritis dalam mempertahankan pernikahannya.
Putri Antoine bernama Louna (Lola Le Lann) dan telah berusia 17 tahun. Uniknya, ia memiliki ketertarikan dengan pria yang lebih tua darinya. Louna mendambakan sosok dewasa, lembut, kuat dan penuh tanggung jawab. Celakanya itu semua dapat ditemukan di dalam diri Laurent. Maka dimulailah kisah cinta terlarang antara pria paruh baya dengan putri sahabatnya sendiri. segala rayuan manis dan jebakan romantis dilakukan dengan penuh gairah oleh Louna untuk mendapatkan hati Laurent.
Film Minggu Ini pilihan Ed dapat kamu tonton akses di Google Play atau Apple TV.
Faiz: The Man Standing Next (Woo Min-ho, 2020)
The Man Standing Next merupakan film adaptasi dari buku non-fiksi bertajuk Chief of Namsan (Namsanui Bujangdeul) karya Kim Choong-sik yang bercerita tentang kepala KCIA (Badan Intelijen Korea Selatan) Kim Hyong-uk dalam perjalanannya ke Amerika Serikat. Kisah ini sempat terbit di koran Dong-A Ilbo pada 1990-1992. Selain itu, babak lain dalam film ini mengangkat cerita mantan Kepala KCIA Kim Jae-gyu yang membunuh Presiden Park Chung-hee pada tahun 1979 sebagai upaya menghentikan pemerintahan yang diktator dan korup selama 18 tahun.
Banyak inspirasi dari novel John Le Carre di film ini, terutama di bagian awal dan pertengahan yang memiliki ritme yang cukup lambat, hingga pada akhirnya bergerak lebih cepat, dan mencapai kulminasinya di akhir dengan scene-staging yang sangat impresif, dan juga dalam bentuk one take.
Sebagai sebuah hiburan komersial, film ini cukup kompeten. Dramatisasi sebuah sejarah dalam film pastinya muncul namun dengan proporsi yang pas. Sang sutradara melakukan riset mendalam terkait pembuatan film ini. Kalau kamu menginginkan sebuah thriller untuk malam mingguan, film ini cocok untuk menjadi pilihan.
Film Minggu Ini pilihan Faiz dapat diakses via Netflix (AS).
Pingback: Film Minggu Ini 12: Horor Modern - Jakarta Cinema Club